
KLIK BORNEO – BERAU. Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (Bapelitbang) Kabupaten Berau menekankan pentingnya disiplin perencanaan dalam pelaksanaan program pembangunan. Hal ini dinilai sebagai langkah krusial untuk mengantisipasi terjadinya Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) di akhir tahun.
Kepala Bapelitbang Berau, Endah Ernany Triariani, menyebutkan bahwa SilPa umumnya muncul akibat adanya kegiatan atau pembayaran yang tertunda hingga penghujung tahun anggaran.
“Itu kan biasanya ada beberapa pekerjaan yang dibayarkan pada akhir tahun. Misalnya honor, seperti pekerjaan PUPR. Kalau tidak direncanakan dengan baik, maka ini bisa memicu SilPa,” ujarnya, Rabu (1/10/25).
Endah menjelaskan, salah satu kunci untuk mencegah penumpukan pembayaran dan potensi SilPa adalah dengan menyusun program sesuai Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja (Renja). Renstra disusun untuk periode lima tahun sebagai pedoman pembangunan daerah, sementara Renja merupakan turunan tahunan yang menjadi dasar pelaksanaan program.
“Untuk mengantisipasi SilPa maka perencanaan harus sesuai dengan Renstra yang memang dihitung 5 tahunan dan diturunkan menjadi Renja yang dikerjakan 1 tahun. Dengan begitu, setiap kegiatan sudah jelas arah dan targetnya,” tegasnya.
Menurut Endah, kedisiplinan dalam menjalankan Renja tidak hanya membantu menjaga konsistensi pembangunan, tetapi juga memastikan alokasi anggaran lebih efektif dan tepat sasaran.
Ia menambahkan, perencanaan yang baik akan meminimalisir potensi keterlambatan pelaksanaan pekerjaan maupun pembayaran di akhir tahun.
“Kalau Renja dijalankan konsisten, kita bisa lebih mudah mengontrol jalannya program. Jadi tidak ada kegiatan yang menumpuk atau terpaksa dibayarkan belakangan,” terangnya.
Bapelitbang juga terus mendorong seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) agar tidak mengajukan program di luar Renja yang telah ditetapkan. Menurut Endah, masuknya program yang tidak melalui perencanaan berisiko mengganggu efektivitas anggaran dan membuka celah terjadinya SilPa.
“Kami selalu mengingatkan OPD agar disiplin. Jangan sampai ada program tiba-tiba dimasukkan di tengah jalan tanpa dasar perencanaan. Itu bisa mengacaukan skema yang sudah disusun,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa keberhasilan pembangunan daerah bukan semata diukur dari besarnya anggaran, melainkan dari bagaimana perencanaan dijalankan dengan baik dan konsisten.
“Anggaran itu hanya alat. Kalau tidak diimbangi dengan perencanaan matang, hasilnya tidak akan maksimal,” kuncinya. (*/)
Penulis : Dedy Warseto
Editor : Rahmat Efendi