
KLIK BORNEO – BERAU. Banjir besar dan dampak kerusakannya terhadap masyarakat wilayah hulu kian sering terjadi. Kerusakan pertanian, perkebunan hingga fasilitas umum terus meluas. Melanda di wilayah Kecamatan Sambaliung, Kelay, dan Segah yang paling terdampak. Ketinggian air bahkan mencapai lima meter, merendam permukiman warga hingga ke atap rumah dan memaksa ribuan jiwa dari ratusan kepala keluarga (KK) mengungsi ke tempat aman.
Tak hanya rumah warga, banjir juga merusak berbagai fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas, tempat ibadah, dan kantor kampung. Bencana yang terjadi secara berulang dalam beberapa tahun terakhir ini menimbulkan keprihatinan banyak pihak.
Menanggapi hal tersebut, Anggota DPRD Berau, Sakirman, menilai relokasi warga dari kawasan rawan banjir ke lokasi yang lebih aman harus menjadi solusi jangka panjang. Menurutnya, langkah ini bukan sekadar pemindahan fisik, tetapi merupakan upaya menyelamatkan kehidupan dan masa depan masyarakat. “Kita tidak bisa terus membiarkan warga menjadi korban banjir setiap tahun,” tegasnya.
Sakirman juga menyoroti faktor-faktor yang memperparah bencana, seperti kerusakan lingkungan dan alih fungsi lahan yang tidak terkendali. Ia menyarankan agar program relokasi dirancang secara menyeluruh, mencakup aspek sosial, ekonomi, budaya, dan tata ruang agar benar-benar efektif dan berkelanjutan.
Ia mendorong pemerintah daerah untuk segera mengalokasikan anggaran khusus dalam APBD serta menjalin kerja sama dengan pemerintah pusat dan mitra pembangunan guna mendukung proses relokasi. “Anggaran ini harus mencakup pembangunan infrastruktur di lokasi baru, penyediaan fasilitas umum, serta program pemberdayaan ekonomi bagi warga yang direlokasi,” ujarnya.
Meski bukan langkah yang mudah, Sakirman meyakini bahwa jika dirancang dengan matang dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat sejak awal, relokasi dapat menjadi solusi nyata untuk memutus siklus bencana yang terus berulang. “Harapannya langkah ini dapat segera diambil oleh pemerintah daerah,” pungkasnya.(Adv/Elton)