Dewan Minta Disdik Gerak Cepat Perbaiki Sekolah yang Rusak Akibat Banjir

KLIK BORNEO – BERAU. Anggota DPRD Berau Pery Kombong meminta Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan (Disdik) Berau untuk gerak cepat dalam menangani sekolah-sekolah yang rusak akibat banjir beberapa waktu lalu.

Disampaikannya, penanganan itu mesti segera dilakukan agar kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah dapat kembali normal dan berjalan dalam keadaan yang baik dan lancar.

“Makanya inventarisasi dulu sekolah-sekolah mana yang rusak. Kalau memang nanti anggarannya kurang kita coba cari solusi lain misalnya melalui anggaran darurat,” ungkapnya.

Menurutnya, pembenahan dan perbaikan sekolah-sekolah yang terdampak banjir itu kemungkinan tidak bisa lagi menggunakan APBD Murni 2025. Mengingat perencanaan anggarannya sudah rampung.

“Jadi, kita tunggu saja di perubahan. Kalau tidak bisa maka tahun depat. Tapi tetap kita cek. Kalau ada yang kerusakannya sangat parah ya harus diatasi segera,” tegasnya.

Sebelumnya, Dinas Pendidikan (Disdik) Berau berencana akan melakukan perbaikan terhadap semua sarana prasarana (sarpras) sekolah yang rusak atau hilang akibat banjir beberapa waktu lalu.

Kepala Disdik Berau Mardiatul Idalisah menjelaskan agar rencana itu dapat terwujud, semua satuan pendidikan diminta untuk segera membuat inventarisasi terhadap kondisi sarpras yang ada. Berikut, menyerahkannya ke dinas terkait.

“Jika memang ada ruang kelas yang rusak parah proses rehabilitasi kemungkinan baru bisa dilakukan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2026,” terangnya.

Disampaikan Mardiatul, meskipun saat ini kondisi banjir sudah mulai surut dan aktivitas pendidikan mulai berjalan normal, kerusakan yang ditinggalkan banjir cukup memprihatinkan. Beberapa sekolah mengalami kerusakan pada fasilitas penunjang belajar, seperti buku-buku pelajaran, kursi, dan meja yang hanyut atau rusak akibat terendam air.

“Untuk rehabilitasi besar-besaran, terutama kalau ada kerusakan struktural, sepertinya akan kita usulkan di APBD 2026. Karena memang harus disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. Wakil Bupati Berau juga sudah memberikan persetujuan untuk usulan ini,” bebernya.

Diakuinya, banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Berau ini berdampak pada 9 kampung, yakni Merasa, Long Lanuk, Tumbit Dayak, Inaran, Pegat Bukur, Bena Baru, Siduung Indah, Tumbit Melayu, dan Labanan Makarti.

Dari sejumlah kampung tersebut, beberapa sekolah turut terendam, termasuk yang berada di Pegat Bukur, Sambaliung, Inaran, Nyapa Indah, dan Bena Baru.

“Di Pegat Bukur seharusnya ruang kelas aman karena sebelumnya sudah kami tinggikan. Tapi karena banjir kali ini tergolong besar dan mungkin baru terjadi sekali dalam sepuluh tahun, akhirnya tetap terdampak juga,” paparnya.

Pihak sekolah, lanjutnya, dinilai cukup sigap dalam menyelamatkan barang-barang penting. Peralatan elektronik seperti komputer, printer, dan proyektor berhasil diamankan lebih awal sebelum banjir mencapai ketinggian maksimal.

“Kami lihat langsung, buku-buku yang disimpan di lemari bawah habis semua, mengembang karena terendam air. Untuk beberapa item seperti meja, kursi, atau buku, sekolah bisa gunakan anggaran mandiri juga,” ujarnya.

Lebih dari itu, seluruh satuan pendidikan yang terdampak banjir sudah diminta untuk melakukan inventarisasi dan menyusun laporan lengkap terkait kerusakan dan kehilangan aset yang terjadi.

“Karena semuanya dibeli menggunakan uang negara, tentu kita harus tahu digunakan untuk apa dan bagaimana kondisinya setelah musibah seperti ini. Itu sebabnya kami minta semua kepala sekolah untuk menyusun laporan rinci,” tegasnya.

Saat ini, pihaknya lebih memprioritaskan pemenuhan ruang kelas belajar yang masih menjadi pekerjaan rumah di banyak sekolah. Namun, bencana banjir yang tidak terduga ini menambah tantangan baru.

“Kami sedang gencar menambah ruang kelas, tapi justru ada ruang kelas yang rusak karena musibah ini. Jadi kita akan sesuaikan lagi prioritasnya ke depan,” tandasnya. (Adv/Elton)