Telok Bangko: Kala Mangrove Mengikat Hadi, Miliaran Rupiah Terhempas Tak Percuma

Telok Bangko, lahan “mati” yang membawa harapan bagi banyak habitat dan gambaran kecintaan yang “gila” terhadap kelestarian lingkungan

KLIK BORNEO – BONTANG. Sebelum 2009, Telok Bangko di Kelurahan Loktuan, Kecamatan Bontang Utara, Kaltim, dipenuhi kisah-kisah pilu tentang pemukiman kumuh, tumpukan sampah, dan kawasan rentan abrasi. Hadi Wiyoto (57) mengubahnya jadi kawasan ekowisata, meski tanpa pengetahuan tentang mangrove. Hanya bermodalkan uang pribadi miliaran rupiah.

Kepeduliannya pada alam dan lingkungan membawa Hadi bertarung dengan waktu. Istrinya menggerutu. Tetangganya ikut mencibir. Orang lain menilainya gila. Uang Rp 1,6 miliar rupiah ‘dibakarnya’ demi suatu tujuan yang tak pasti. Hadi membeli lahan bekas tambak yang tak lagi produktif dengan niat menjadikannya Puncak Bogor-nya orang Bontang di masa depan.

Tahun 2009, pria kelahiran Sulawesi Barat 18 Agustus 1968 itu, mulai menjahit niatnya. Lahan penuh bangkai kucing dan anjing serta sampah lainnya itu mulai dibersihkan nya. Uang yang ada, baginya cukup untuk membayar orang yang membantunya membuka lahan serta membeli bibit. Mangrove lalu ditanamnya ketika kalender Masehi sudah berganti ke angka 2010.

IMG 20251018 WA0033

Hadi mengenang, mangrove pertama yang ditanamnya berjenis Bakau Hitam (Rhizophora mucronata) dan Tanjang atau Bakau Minyak (Rhizophora apiculata). Dua jenis mangrove dengan nama Latin itu, baru diketahuinya setelah bertahun-tahun kemudian.

“Saya hanya tahu ada bibit, saya tancap. Baru tujuh tahun kemudian saya tahu mangrove yang saya tanam. Oh ini jenis ini, oh ini jenis itu,” kenangnya.

Tak ada kompas penuntun arah dan pegangan pengetahuan, bibit mangrove yang ditanamnya, banyak yang tak bertahan hidup. Tapi Hadi tak kecewa, juga merasa rugi. Sebab, orientasinya bukan profit. Ia hanya menginginkan mangrovenya tumbuh dan Telok Bangko bisa mengubah diri. Maka Hadi mulai belajar otodidak.

Search engine, media sosial, dan informasi tentang mangrove lainnya, dipelajarinya. Akhirnya ia sadar, mangrove memiliki perilaku unik layaknya manusia. Ia hidup sesuai substratnya – permukaan atau ruang hidup sebuah organisme. Itulah mengapa Hadi tahu kini, Rhizopora mucronata, misalnya, bisa hidup di tanah berlumpur, tergenang, hingga pasir atau lebih keras.

“Lalu yang buahnya gede-gede waktu kita baru masuk sebelah kanan jalan sebelum rumah produksi, itu Xylocarpus. Dia tumbuh di kawasan yang lebih dekat ke daratan,” ujarnya menjelaskan.

Saat ini di atas lahan seluas 6 Ha itu, telah tumbuh 2 juta kawanan mangrove. Berbagai jenis mangrove pun menancapkan akar-akarnya di sana. Ada Lindur (Bruguiera gymnorrhiza), Nyirih (Xylocarpus Granatum), Bakau Hitam (Rhizophora mucronata), Tanjang, Bakau Minyak (Rhizophora apiculata), Prapat, Perepat Putih (Sonneratia alba), dan Api-api (Avicennia marina). “Delapan sebenarnya di sini. Tapi saya lupa namanya,” ujar pria tiga anak itu.

IMG 20251018 WA0037

Ketika PT Pupuk Kalimatan Timur (PKT) terpikat oleh usahanya di tahun 2019, Kelompok Telok Bangko mulai dibentuk. Beranggotakan 16 orang saat itu, dukungan finansial mulai dikucurkan. Gerbang masuk, aula, dan jalur para pelari mulai dibangun. Warga sekitar turut kecipratan untung. Rumah bisa dibangun, kapal nelayan bisa dibeli, dan anak-anak bisa disekolahkan ke jenjang yang lebih tinggi.

“Kebetulan ada namanya Teluk Bangko milik pak Hadi. Jadi, kami mulai berkerja sama dengan pak Hadi untuk konservasi mangrove,” ujar Uchin Mahazaki Asisten Vice Presiden Pembangunan Sosial dan Lingkungan, Departemen TJSL Pupuk Kaltim.

Menurut Uchin, PKT mulai bergerak di bidang lingkungan dengan fokus pada konservasi terumbu karang dan mangrove. Mangrove Hadi ikut dipilih. Bukan tanpa alasan, Hadi memiliki visi yang sama dengan perusahaan di bidang lingkungan, yang tak dimiliki orang lain. Karena itu, perusahaan tak tanggung-tanggung menggelontorkan dana senilai Rp 1 miliar di awal kerja samanya dengan Hadi.

“Kalau ada yang merusak mangrove, Pak Hadi sangat marah bahkan melaporkan ke polisi,” tutur Uchin menjelaskan karakter Hadi yang juga mantan Ajudannya Wali Kota Bontang, Sofyan Hasdam kala itu.

Bersama Hadi, PKT ikut terlibat dalam pembibitan dan penanaman. Untuk penanaman bersama kelompok, perusahaan fokus pada area di sekitar HGB 65. Tak hanya itu, di sepanjang jalur laut juga mangrove ikut ditanam. Sejak 2021, perusahaan intens dengan Kelompok Telok Bangko.

“Totalnya sampai sekarang dengan kelompok Teluk Bangko ini sudah sekitar 400 ribu bibit mangrove yang ditanam di sepanjang area pinggiran HGB 65 ini,” jelasnya.

Selain pembibitan dan penanaman, PKT juga berkontribusi terkait pengembangan lokasi yang ada saat ini seperti jogging track, aula, dan sebagainya. Lebih dari itu, diversifikasi produk turunan mangrove seperti pengolahan amplang dari bahan mangrove, sirup dan dodol dari bahan mangrove juga terus digarap. Semua kontribusi tersebut telah melahirkan efek domino dan menguntungkan masyarakat sekitar.

“Kami juga menjadikan SD di Loktuan sebagai mitra untuk kurikulum P5, sebagai pusat pembelajaran terkait ekosistem pesisir, laut dan juga mangrove,” paparnya.

Pada 2021 dan 2023, Teluk Bangko berkontribusi pada Pupuk Kaltim dalam pencapaian proper emas di tingkat nasional. Hal itu dilakukan berkat semua usaha yang dilakukan mulai dari pelatihan hospitality, penanaman mangrove, pengelolaan wisata, hingga mendatangkan pembicara ahli.

“Tahun ini adalah tahun terakhir pendampingan kami dengan kelompok Pak Hadi. Karena mereka sudah mulai mandiri. Tetapi setelah mereka mandiri, kita akan mendampingi dalam hal partisipasi dan kerja sama lainnya,” paparnya.

Mangrove bagi Hadi, tak hanya solusi mengatasi abrasi. Ia juga rumahnya burung Kuntul Perak (Mesophoyx intermedia). Akarnya, tilam ikan baronang. Lumpurnya, surga jutaan kepiting. Wadah belajarnya pelajar SD 04 Bontang dan kawasan penelitian mahasiswa KKN Universitas Mulawarman. Sedang pesonanya, diibaratkannya, ‘pendamping hidup yang setia’.

“Ketika saya lagi punya problem di bisnis saya dan saya ke sini, langsung plong perasaan saya. Merasakan mangrove yang sejuk, saya bahagia karena apa yang sudah saya mulai tidak terbuang percuma,” celetuk Hadi dengan bibir bergetar sebelum gerimis turun sejenak di tepi Telok Bangko. (*/)

Penulis: Yoakim Elton SW
Editor: Rahmat Efendi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
930 x 180 AD PLACEMENT