Kopi Ngebut

Penulis dan Kopi. Hanya kopi yang bercerita bahwa yang hitam tak selalu kotor dan yang pahit tak selalu menyedihkan

MASIH ingat film Secangkir Kopi Pahit? Film produksi tahun 1985 yang disutradarai Teguh Karya. Pemainnya, Rina Hassim, Alex Komang dan Rae Sahetapi. Film ini sama sekali tidak bercerita tentang kopi. Entah mengapa judulnya seperti itu. Dalam beberapa tulisan, judul awalnya, ‘Merobek Angan Angan’.

Menariknya, film tersebut sejak awal hingga akhir hanya ada sekali adegan minum. Yang diminum pun tidak diperjelas, apakah sedang minum kopi atau jenis yang lain. Film ini justru bercerita tentang sosok pemuda yang merantau ke Jakarta menjadi wartawan yang hebat. 

Ini bukan sekadar film tentang kopi pahit, tetapi ini cerita tentang pahitnya jalan hidup yang mesti dijalani. Sepeti kata falsafah kopi “cuma segelas kopi yang bercerita kepadaku bahwa yang hitam tak selalu kotor dan yang pahit tak selalu menyedihkan”.

Ada pula film yang mengambil tema ‘kopi’. Judulnya ‘Filosofi Kopi’. Film ini memang bercerita tentang anak petani kopi bernama Ben yang diperankan aktor Chico Jerico. Sekali waktu ia bertemu Jodi diperankan Rio Dewanto. Keduanya membangun satu kedai namanya  ‘Filosofi Kopi’.

Filosofi Kopi, sebuah buku fiksi karya Dewi Lestari. Ia menghadirkan bagaimana perjuangan seseorang memiliki hobi terhadap kopi dari sudut pandang kehidupan.

Ben berhasil meracik kopi yang diberi nama ‘Perfecto’. Suatu hari ada yang memberikan kabar bahwa ada jenis kopi yang lebih baik dari racikan Ben. Ben dan Jodi lalu pergi mencari Kopi Tiwus yang akan menentukan keberlangsungan filosofi kopi dan persahabatan mereka.

Pada film Filsafat Kopi Part 2, ada bumbu cinta yang dikemas dalam film tersebut. Ada unsur dramatiknya. Itu yang membuat menarik. Dan ada satu kutipan yang diangkat dan menjadi kata kunci dalam film ini: “Setiap  hal yang punya rasa, selalu punya nyawa”.

Ngopi sudah menjadi budaya Indonesia. Di warung dan tempat umum lainnya sudah berlangsung lama. Kopi dianggap dapat menyegarkan tubuh dan menghilangkan rasa letih.

Kegemaran ngopi kini mulai ramai dilakukan remaja, mungkin karena banyaknya pikiran dan tugas sehingga mereka butuh penyegar tubuh. ini lebih baik daripada mereka lari ke minuman keras yang jauh berbahaya. 

Juga muncul istilah teman ngopi, teman kenal dari kebiasaan sama sama ngopi. Dari secangkir kopi timbul kejernihan otak, timbul ide-ide kreatif nan unik.

Saya juga termasuk ‘penggila’ kopi. Tapi tidak “gila-gila” amat. Walaupun kadang-kadang menyiksa, karena setelah minum kopi, saya ternyata tak bisa tidur. Tapi tak masalah, saya nikmati saja efek itu.

Rasanya warung kopi di Berau sudah pernah saya kunjungi. Kecuali yang satu ini. Warung kopi ‘Pagi-Sore’. Warungnya baru beroperasi. Baru tiga bulan. Baru dua hari lalu saya bisa berkunjung. Tempatnya sederhana. Ada satu meja panjang dan tiga meja terpisah dengan kursi kayu.

Kenapa diberi nama warung Pagi-Sore? Pemilik merangkap Barista, Teguh, menjawab sederhana. Warungnya hanya buka pagi hari hingga sore hari.  Malam tidak jualan. Jualannya hanya 12 jam.

Saya tidak bisa keberatan dengan nama warung itu.  Saya hanya usulkan, sebuah nama yang lebih asyik di dengar. Lebih nyaman disebut. Bagaimana kalau pakai nama warung ‘0618’. Artinya, buka jam 6 pagi dan tutup jam 18 sore. Atau mungkin nama warung ‘12 jam’. Ya, bukanya memang 12 jam lamanya.

Tapi jangan salah. Warung sederhana yang jadi tongkrongan anak muda punya racikan kopi yang pas di lidah. Cita rasanya sesuai dengan selera. Rasa kopi racikan Mas Teguh, setara dengan cafe yang ada di ibukota.

Saya hanya punya kekhawatiran dengan lokasi jualannya. Berada di ‘tusuk sate’ Jalan Durian III, persis di pojok jalan menuju Jalan Manimbora. Jalan yang tak pernah sepi. Kecepatan kendaraan juga sering lepas kontrol.

Tidak peduli, kendaraan besar yang tidak berusaha mengurangi kecepatan bila melintas di depan warung ini. Saya sarankan agar membuat tulisan dan ditempatkan di trotoar. “Jangan Laju Mas, Ada Warung Kopi”. Mungkin itu jadi peringatan sekalian pemberitahuan.

Ketika Jalan Bujangga masih tahap pengerjaan, jalan ini padatnya luar biasa. Semua kendaraan lewat di kawasan menuju Jalan Sultan Agung. Kendaraan dari arah bandara juga lewat di jalur ini. Saya hanya mohon, laju kendaraan dikurangi saat melintas. Sebab, saya melihat rawan terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Saya harus mengatur jadwal lagi. Setelah beberapa warung kopi, agaknya ‘Warung 0618’ atau Warung Pagi-Sore akan menjadi wajib dikunjungi. Tapi jangan salah, kemarin saya dapat kabar, di Lantai III Sky Resto juga sudah mulai buka cafe dengan menu kopi. Oke tunggu, kami segera berkunjung ke lantai III.(am)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
930 x 180 AD PLACEMENT