Perbaikan Sub DAS Kedaung Belum Dianggarkan, Penanganan Hilir Masih Jadi Prioritas

Penanganan banjir kian sulit. Alih-alih menjadi daerah tangkapan hujan, 60 persen wilayah ini telah dihancurkan oleh aktivitas tambang
930 x 180 AD PLACEMENT

KLIK BORNEO – BERAU. Penanganan di sektor hilir masih menjadi prioritas Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) untuk mengatasi banjir di Kabupaten Berau, khususnya di wilayah Kedaung pada tahun ini.  Alih-alih perbaikan di sektor hulu Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Kedaung jauh lebih mendesak, anggaran tahun ini hanya dikucurkan untuk penanganan drainase, pembangunan gorong-gorong di sekitar wilayah Jalan Gatot Subroto.

Terkait itu, Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) DPUPR Berau, Hendra Pranata menyebut perbaikan di wilayah hulu Sub DAS Kedaung belum dianggarkan di tahun 2025. Pihaknya, masih fokus dengan perbaikan di sektor muara atau hilir.

“Kita hanya penanganan muara sama krosingan jalan saja,” ungkapnya kepada Klikborneo.com, Jumat (21/3/2025).

Memang diakuinya, penanganan banjir melalui pembangunan gorong-gorong dan perbaikan saluran drainase belum menjadi solusi yang efektif. Namun, hal itu tetap penting dilakukan untuk meminimalisir banjir tidak menggenangi rumah warga.

930 x 180 AD PLACEMENT

“Untuk sementara anggaran kita juga masih terbatas. Dan perbaikan hulu Sub DAS juga butuh waktu. Apalagi sebagian besarnya di Kedauang itu sudah rusak,” tegasnya singkat.

Sebelumnya, Hendra menilai banjir yang terjadi di wilayah Tanjung Redeb selama ini tak terlepas dari perubahan fungsi Sub DAS di wilayah Kedaung.

“Kedaung itu area Sub DAS terbesar di Kecamatan Tanjung Redeb, sekitar 440 Hektare (Ha) atau per lima dari semua area yang ada di Kecamatan Tanjung Redeb,” jelasnya.

Luas Sub DAS Kedaung yang cukup besar itu, lanjut Hendra, sebenarnya cukup mampu menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama. Berikutnya, menangkal banjir di wilayah Kedaung hingga Jalan Gatot Subroto dan wilayah lainnya.

930 x 180 AD PLACEMENT

Namun, alih-alih menjadi daerah tangkapan hujan, 60 persen wilayah ini telah dihancurkan oleh aktivitas tambang. Masifnya aktivitas tambang di wilayah ini dalam beberapa tahun terakhir, secara konkret telah mengganggu keseimbangan daerah hulu DAS.

“Ini sudah terjadi sejak tahun 2021. Peningkatan dan buka lahan yang cukup tinggi menyebabkan debit air yang turun cukup besar sehingga menyebabkan resapan air di bagian hulunya terganggu,” jelasnya.

Diakuinya, penanganan banjir yang dilakukan selama ini oleh pihaknya lebih banyak terfokus di wilayah hilir. Berikutnya, tidak diikuti dengan perbaikan yang berarti di wilayah hulu DAS dan Sub DAS.

“Jadi, kita tidak bisa hanya menambah saluran dan gorong-gorong. Perlu ada perbaikan dan pembangunan ruang atau kawasan terbuka hijau,” tandasnya. (Elton)

930 x 180 AD PLACEMENT

930 x 180 AD PLACEMENT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
930 x 180 AD PLACEMENT